Sejarah Desa Kemiriombo


BABAT ALAS DESA KEMIRIOMBO

  1. ASAL MULA DESA KEMIRIOMBO

Berbicara fakta sejarah tentang sebuah desa, memang masih menjadi hal yang menarik untuk dibicarakan dan diteliti oleh beberapa orang yang sangat mencintai sejarah. Mengapa demikian? karena desa sebagai kesatuan teritorial dan administratif yang terkecil di Indonesia, memiliki karakter tersendiri dimana masing-masing desa atau daerah terbentuk melalui proses sejarah yang panjang dan berbeda-beda. Demikian juga bagi desa Kemiriombo kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung, memiliki fakta sejarah yang unik dan menarik untuk diketahui. Penulis akan mencoba menguak fakta asal mula berdirinya desa Kemiriombo melalui wawancara dengan Tokoh desa yang bernama Mbah Rudhi. Usianya memang belum tergolong senja, namun kecintaannya terhadap sejarah desa membuat beliau tertarik mempelajari sejarah desa Kemiriombo sedari muda.

Layaknya sebuah dongeng yang melegenda demikian juga fakta sejarah tentang desa Kemiriombo. Dahulu kala desa Kemiriombo merupakan sebuah hutan yang mungkin belum terjamah manusia. Kemudian pada tahun 1323 ada seorang datang dari Solo Surakarta yang juga masih keturanan dari trah para wali di Demak dan boleh dibilang beliau seorang Wali ( Orang yang berperan aktif dalam misi penyebaran agama Islam) yang bernama Mbah Kaswali alias Mbah Godek. Disebut Mbah Godek karena perawakannya yang gagah dan ditumbuhi jambang di wajahnya. Mbah Godek hidup sekian waktu (tidak ada kurun waktu yang jelas kurang lebih 3 tahun) di desa Kemirombo kemudian disusul 3 teman-temannya yaitu Mbah Ranjam, Mbah Samsari dan Mbah Strombo.Ketiga teman Mbah Godek ini berasal dari Yogya yang kemudian membentuk pemerintahan kecil di desa Kemiriombo meskipun pada saat itu belum ada yang diperintah atau dengan kata lain warga desa. Namun keberadaan desa pada waktu itu berada dibawah pemerintahan Mbah Ranjam yang kemudian di kenal dengan sebutan Ki Ranjam sekaligus menjadi Kepala Desa pertama di Kemiriombo. Ki Ranjam merupakan menantu dari Mbah Kaswali. Pada masa pemerintahannya, Ki ranjam dibantu oleh Mbah Samsari dan disebut sebagai Bhahu (Pundak=orang kepercayaan, Jawa red ) dari Ki Ranjam. Ki Ranjam juga dibantu oleh Mbah Kaswali sebagai mertuanya dan Mbah Strombo mereka berdiri sebagai Penasehat dalam bidang kerohanian maupun bidang pemerintahan.

Tujuan mereka membabat alas Kemiriombo tak lain dan tak bukan untuk menyebarkan misi keagamaan. Agama yang disebarkan pada waktu itu adalah Islam Kejawen. Karena kepiawaian mereka menyampaikan agama ini, menjadikan desa Kemiriombo didatangi oleh orang-orang sekitar yang ingin belajar agama dan kemudian menetap di Kemriombo. Maka jadilah desa seperti sekarang ini.

Awal mula keberadaan desa ini bermula dari Mbah Kaswali, Ki Ranjam, Mbah Samsari dan Mbah Strombo mengolah kemiri yang menjadi tumbuhan asli desa ini. Kemiri diletakkan pada Tampir (tampah berukuran besar) bersama dengan Jebug ( Alat penggiling kinang/buah jambe=pinang). Namun sayangnya, buah kemiri yang jumlahnya cukup banyak itu tak berisi atau kosong dalam bahasa jawa disebut gabug (tidak berisi). Jebugnya pun menjadi tidak berguna. Karena itu, ada salah satu dusun di desa Kemiriombo yang bernama dusun Gabug. Jadi boleh disimpulkan desa Kemiriombo berasal dari hasil panen buah kemiri yang banyak (ombo=luas, Jawa red) namun tak berisi. Orang-orang lebih mengenal dengan nama dusun Gabug, ya…desa Kemiriombo Gabug yaitu Kemiri yang luas namun tak berisi.

Tapi jangan di lihat kondisi desanya sesuai dengan namanya ya…karena sekarang kondisi desa Kemiriombo tak se-gabug namanya. Buktinya banya hasil bumi yang dihasilkan. Tidak percaya?? Yukkk datang dan lihat sendiri betapa kayanya hasil bumi di desa Kemiriombo.

Desa Kemiriombo memiliki 7 dusun yang masing-masing dusun punya sejarah nama sendiri-sendiri. Mau tau?? Simak yukkk….

  1. Dusun Gabug

Seperti yang telah di kemukakan diatas bahwa awal mula terbentuknya desa Kemiriombo berada didusun Gabug. Berdirinya rumah atauboleh dikatakan padepokan, bermula dari pengolahan buah kemiri yang banyak namun ternyata buah-buah itu tak berisi atau kosong dalam bahasa Jawa disebut gabug. Karena itu dusun pertama ini disebut Gabug yang berarti tidak berisi. Sebutan ini juga disebabkan oleh adanya sumber mata air yang ada di dusun tersebut. Akan tetapi mata air itu kering saat musim kemarau tiba. Masyarakat menyebutnya dengan Kali Gabug.

  1. Dusun Kauman

Dusun kedua bernama Kauman. Kaum bukan berarti umat atau rakyat namun kaum itu adalah orang yang bertugas mengurusi jenazah orang yang meninggal, orang sering menyebutnya Mbah Kaum. Mbah Kaum yang pertama bernama Mbah Sastro yang tinggal di salah satu dusun didesa Kemiriombo. Karena dusun itu ditempati Mbah Kaum Sastro maka orang-orang pada waktu itu menyebutnya sebagai Kauman artinya tempat tinggal Mbah Kaum.

 

  1. Dusun Lempong

Istilah Lempong dalam bahasa Indonesia artinya tempat yang cekung, semacam kubangan tempat kerbau-kerbau mandi. Nama dusun Lempong diambil karena posisi tempat tersebut lebih rendah dibanding dusun-dusun yang lainnya. Dahulu tempat ini memang untuk memandikan kerbau-kerbau yang dimiliki oleh warga. Lambat laun menjadi sebuah dusun dan masyarakat tetap menamainya Lempong yang artinya kubangan.

 

  1. Dusun Pontong

Pada posisi selatan dusun Lempong ada sebuah tempat yang bernama Pontong dari asal kata mentontong, dalam bahasa Indonesia artinya posisi yang menonjol. Memang posisi tempat tersebut merupakan gundukan tanah yang menonjol kearah kubangan ( Sekarang dusun Lempong). Tanah didaerah itu tidak diratakan tetapi tetap didirikan rumah-rumah warga karena itu warga menyebutnya Pontong yang berarti posisi yang metontong atau menonjol keluar.

 

  1. Dusun Mrombo

Saat anda berkunjung ke desa Kemiriombo, anda akan melewati tanjakan yang cukup tinggi dan ada tulisan SELAMAT DATANG DI DESA KEMIRIOMBO itu artinya anda memasuki kawasan dusun Mrombo. Posisi desa tersebut berada disebelah timur dusun Lempong, para leluhur desa Kemiriombo telah berpesan bahwa kawasan untuk tempat tinggal yang luas berada disebelahtimur kolam( lempong) tempatnya sangat luas dalam bahasa Jawa dikenal dengan istilah Ombo. Kata Mrombo artinya semakin luas disebut dalam bahasa Jawa ngombro-ombro. Selain itu, pendiri dusunnya bernama Mbah Strombo. Penduduk di dusun ini lebih banyak dibanding dengan penduduk dusun-dusun yang lain.

 

 

 

 

 

 

 

  1. Dusun Kluwung

Pelangi dalam bahasa Jawa adalah Kluwung, saat kita berkunjung ke desa Kemiriombo kita akan disambut hutan pinus di gunung Mbaris. Barisan pohon-pohon pinus itu menambah indahnya panorama desa Kemiriombo. Sejurus kemudian kita akan memasuki kawasan dusun Kluwung. Ya.. seindah namanya demikian pula dengan dusunnya. Para leluhur sebelum membabat alas Kemiriombo mengarahkan pandangan yang luas ke arah barat melalui gunung Mbaris dan melihat ada kolam yang airnya berwarna-warni. Maka dinamailah Kluwung atau pelangi.

 

  1. Dusun Babadan

Daerah Babadan semula merupakan daerah gunung yang longsor, kemudian seorang tokoh desa bernama Mbah Sastrodiarjo mengawali pembukaan desa babadan. Kata babadan berasal dari kata Babat, dalam bahasa Indonesia artinya menyiangi rumput yang lebat. Dengan begitu dusun babadan berarti membuka alas dengan rerumputan yang lebat. Penduduk dusun babadan merupakan orang-orang pendatang dari luar daerah. Mereka merupakan pekerja di PT. bandar yang merupakan perkebunan kopi.

 

  1. SEJARAH PEMERINTAHAN DESA KEMIRIOMBO

Sebagian orang menganggap bahwa sejarah merupakan dongeng pengantar tidur. Namun bagi orang-orang yang mencintai sejarah, belajar sejarah merupakan sebuah tulisan yang bermakna bagi generasi berikutnya. Apalagi hingga berhasil membukukannya. Demikian pula sejarah pemerintahan di desa Kemiriombo. Selama ini diabaikan dan tidak dipedulikan. Karena itu, penulis berusaha merangkumnya dalam sebuah cerita sejarah.

Sejarah pemerintahan di desa Kemiriombo dipaparkan oleh bapak Runtung Sudarno yang merupakan kepala desa Kemiriombo yang ke-X dan IX. Beliau mengkisahkan sejarah pemerintahan mulai dari kepala desa ke-I hingga ke- XI dengan gaya pemerintahan masing-masing. Ada pepatah mengatakan ” Lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannya, beda kepala desa beda pula cara kepemimpinannya”. Namun secara keseluruhan kepemimpinan kepala desa didesa Kemiriombo masing-masing mengalami kemajuan yang signifikan dibidang yang berbeda-beda.

Masa pemerintahan kepala desa pada awal-awal desa Kemiriombo berdiri merupakan pemerintahan seumur hidup. Barulah pada tahun 1982 sistem tersebut berakhir. Cara pemungutan suaranya pun boleh dibilang unik karena menggunakan lidi untuk cara perolehan dan perhitungan suaranya. Namun demikian tidak mengurangi kebasahan dalam proses pemilihan kepala desa diwaktu itu. Barulah pada antara pada tahun 1984-1990an pemungutan suara dilakukan dengan menggunakan kertas suara.

Mulai tahun 1990 tatanan dan sistem pemeritahan tertata rapi, dimana kepala desa memerintah ada kurun waktunya dan dibatasi maksimal 2 periode sesuai peraturan yang berlaku di Negara Indonesia.dan sistem itu berjalan hingga sekarang.

Desa Kemiriombo bukanlah desa yang masyarakatnya mayoritas beragama Muslim saja namun ada agama Kristen dan juga aliran Kejawen. Jika agama Islammasuk ke desa Kemiriombo pada tahun 1323 oleh Mbah Kaswali, agama Kristen masuk ke desa Kemiriombo pada tahun 1984 oleh bapak Martowiguno. Sementara aliran kepercayaan atau kejawen di kenalkan oleh Bapak Suno. Bermacam-macam agama yang ada di desa Kemiriombo tidak membuat persengketaan tetapi masyarakat saling hidup berdampingan dengan rukun dan mengutamakan kebersamaan dalam kekeluargaan serta saling menghormati.

                 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMERINTAHAN DESA KEMIRIOMBO DARI MASA KE MASA

Berdirinya sebuah Negara karena perjuangan para pahlawan dan bertahannya sebuah Negara karena adanya pemerintahan yang solid secara berkeseinambungan dari tingkatan yang paling bawah yaitu mulai dari pedesaan. Demikian pula desa Kemiriombo yang memiliki masa ke pemimpinan sebanyak 11 periode. Ini menunujukan bahwa desa Kemiriombo sudah termasuk desa yang cukup dewasa dalam hal periode waktu. Berikut ini penulis paparkan masa pemerintahan kepala desa dari periode I-XI:

  1. PERIODE I

Awal Mula desa Kemiriombo berdiri, dipimpin oleh BapakKi Ranjam mulai dari awal berdirinya desa Kemiriombo dari tahun 1323 hingga tahun 1907. Masa pemerintahan beliau diwarnai dengan konflik yang pelik sampai terjadi perang Bandar di Curug Merak. Akibat dari perang Padri antara sultan Trenggono dari Mataram dan Sultan Hardiningrat dari Surakarta. Keadaan ini memaksa Ki Ranjam membentuk padepokan untuk mempersiapkan pasukan-pasukan perang. Padepokan itu diberi nama Padepokan Alas Keji. Pasukan ini tak terkalahkan namun politik perang diganti dengan cara menggoda Ki Ranjam dengan para wanita dan terkuaklah titik kelemahan pasukan Ki Ranjam. Akhrinya pasukan Padepokan Alas Keji terpukul mundur dan kalah. Semua senjata perang di kuburkan di alas Kebon Gede disebelah selatan Dusun Gabug dan Pontong. Sesuai namanya, masa pemerintahan Ki Ranjam diwarnai dengan rajaman serta ancaman. Namun secara spiritual dan kerohanian tidak mengalami hambatan.

 

  1. PERIODE II

Pemerintahan Ki Ranjam Berakhir di tahun 1907 dan dilanjutkan olah Bapak Djojo Pawiro Warman yang memerintah selama 40 tahun dari tahun 1907-1944 tahun. Pada masa pemerintahan beliau masih diliputi situasi yang pelik, perang masih terjadi dimana-mana. Hak rakyat ditindas oleh penjajah yang pada waktu itu masih dijajah Belanda. Rakyat kurang pangan karena tanaman rakyat selalu dirusak oleh penjajah. Namun Bapak Djojo Pawiro selalu mencari celah untuk tetap memperjuangkan hak-hak rakyat. Sesuai dengan namanya, beliu memerintah dengan ke prawiraannya dengan cara menjaga nama baik semua pihak sampai rakyat terkecil. Setelah beliau meninggal barulah masa kepemimpinannya digantikan oleh anaknya.

 

  1. PERIODE III

Periode ke III dilanjutkan oleh Bapak Djojo Wikarto Sutrisno, yang memerintah dari tahun 1944-1982 dan memerintah selama 38 tahun. Pada masa pemerintahan beliau masyarakat Kemiriombo mulai bebenah, perekonomian rakyat mulai tertata dengan mulai bercocok tanaman tahunan seperti kopi dan cengkeh. Beliau dikenal dengan sebutan Mbah Hormat karena kepiawaiannya mengayomi dan memikirkan nasib rakyatnya. Sesuai dengan namanya Wikarto Sutrisno = mendengarkan dengan kasih sayang yang tulus. Setelah beliau meninggal di gantikan dengan pejabat sementara yaitu sekertaris desa Kemiriombo pada waktu itu sampai dilakukan pemilihan kepala desa yang baru.

 

  1. PERIODE IV

Pada periode ke IV ini, diampu oleh Bapak Suwardjo sebagai pejabat sementara sebelum dilakukan pemilihan kepala desa kembali. Bapak Suwarjo memerintah selama 2 tahun masa kepemimpinannya dari mulai tahun 1982-1984. Hal ini disebabkan kerena kekosongan kepemimpinan dikala itu.

 

  1. PERIODE V

Setelah dilakukan pemilihan kepala desa pada tahun 1984, terpilihlah Bapak Umar sebagai kepala desa Kemiriombo ke V yang memerintah dari tahun 1984-1987 dan memerintah selama 3 tahun dan kembali diampu oleh pejabat sementara yaitu sekertaris desa sampai terpilihnya kembali kepala desa yang baru.

 

  1. PERIODE VI

Masa pemerintahan Bapak Umar hanya 3 tahun kemudian kembali diampu oleh Bapak Suwardjo selama 3 tahun sebelum dilakukan pemilihan kepala desa kembali. Bapak Suwardjo menjadi pejabat sementara mulai dari tahun 1987-1990

 

 

 

  1. PERIODE VII

Pada tahun 1990 desa Kemiriombo kembali menyelanggarakan pemilihan kepala desa dan terpilihlah ibu Sri Hariyati sebagai kepala desa sekaligus kepala desa perempuan yang pertama didesa Kemiriombo. Memerintah dari tahun 1990-1999 selama 9 tahun, boleh dikatakan hampir 2 periode.

Dalam masa pemerintahan beliau ada kemajuan yang cukup pesat dibidang infrastruktur diantaranya Listrik Masuk Desa, Pengairan air bersih untuk kebutuhan air bersih didesa Kemiriombo dan pengaspalan jalan dari Gemawang sampai Kemiriombo. Sesuai dengan namanya Sri artinya Dewi Penghasilan dan Hariyati artinya harta milik sendiri. Maka tidak salah jika pada masa kepemimpinan beliau dilakukan pembanguan fisik besar-besaran. Masa pemerintahan beliau berakhir di tahun 1999

 

  1. PERIODE VIII

Tahun 1999 desa Kemiriombo melakukan pemilihan kepala desa kembali dan terpilihlah bapak Widodo sebagai calon kepala desa tunggal pada waktu itu. Beliau memerintah dari tahun 1999-2007. Selama 8 tahun pemerintahan, kelompok pemuda dan karang taruna mengalami kemajuan pesat dalam berbagi kegiatan baik kegiatan sosial maupun kesenian serta perdagangan. Sesuai nama beliau Widodo=wiwitane wong dodolan artinya awal mula orang belajar berdagang. Perekonomian semakin membaik.

 

  1. PERIODE IX

Setelah masa pemerintahan Bapak Widodo berakhir, kembali desa kemiriombo melakukan pemilihan kepala desa kembali dengan 3 calon kepala desa pada waktu itu. Terpilihlah Bapak Runtung Sudarno sebagai kepala desa yang memerintah selama 2 periode yaitu 12 tahun dari tahun 2007-2013 untuk periode pertama. Pada masa ini masyarakat mulai membutuhkan perhatian secara psikis. Ekonomi mulai mapan dan pertanian mengalami kemajuan karena hasil panen melimpah. Masyarakat desa Kemiriombo membutuhkan ketentraman karena itu di sector keamanan diperketat dengan cara menjalin relasi dengan pihak-pihak terkait dan memperkuat kerjasama di semua lini. Tak heran jika namanya Runtung dalam bahasa jawa berasal darai kata runtang-runtung yang artinya kemana-mana selalu bersama. Pada masa pemerintahan periode ini beliau mengedepankan kebersamaan dan kerjasama.

  1. PERIODE X

Setelah dilakukan pemilihan kepala desa pada tahun 2013 kembali Bapak Runtung Sudarno terpilih menjadi kepala desa desa Kemiriombo di periode ke 2 pada tahun 2013-2019.

Pada masa pemerintahan keduanya, beliau membangkitkan potensi desa mulai dari hasil pertanian dan industri rumah tangga yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat desa kemiriombo diantaranya Produksi Batik Begawan dan Kopi Robusta Begawan. Perairan air bersih ditambah dengan program PAMSIMAS dan kesenian daerah yang merupakan potensi lokal di hidupkan kembali dan menjadi budaya desa.

 

  1. PERIODE XI

Setelah menjabat selama 2 periode, masa kepemimpinan Bapak Runtung Sudarno digantikan oleh Bapak Nur Wahyu sebagai kepala desa Kemiriombo, melalui pemilihan kepala desa pada tanggal 9 januari 2020. Beliau merupakan kepala desa termuda sepanjang sejarah pemerintahan kepala desa di desa Kemiriombo. Namun usia mudanya tidak menghalangi untuk tetap berkarya dan mampu menunjukan potensi kepemimpinan bagi masyarakat Kemiriombo. Sudah saatnya semboyan “ Yang Muda Yang Berkarya”diwujudkan. Bapak Nur Wahyu sangat memperhatikan kemajuan potensi desa dibidan pariwisata. Terbukti pada8 bulan masa pemerintahan belau sudah berhasil merintis satu objek wisata di desa Kemiriombo yang diberi nama Pemandian Banyu Panas Keji Dan Pesona Alam Sikunir

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

KEADAAN DESA KEMIRIOMBO

 

Pada Babini penulis akan memaparkan keadaan desa Kemiriombo secara geografis dan bagaimana keadaan desa kemiriombo saat ini.

 

  1. KEADAAN GEOGRAFIS

Desa Kemiriombo masuk dalam wilayah Kecamatan Gemawang yang merupakan salah satu dari 20 kecamatan di kabupaten Temanggung berbatasan dengan :

  1. Wilayah Barat berbatasan dengan Kecamatan Candiroro dan Kecamatan Jumo,
  2. Wilayah Utara berbatasan dengan Kabupaten Semarang dan Kecamatan Bejen,
  3. Sebelah Timur  berbatasan Kabupaten Semarang dan Kecamatan Kandangan,
  4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kedu.

Letak ketinggian tanah rata-rata 600 m dpl dengan suhu antara 30 oC dan 20 oC. Dengan rata-rata jumlah hari hujan 64 hari dan banyaknya curah hujan 22 mm/th. Kecamatan Gemawang luas wilayah 6.711 ha, dengan jumlah penduduk 30.925 orang dan mempunyai 10 desa.

Adapun salah satu dari 10 desa di Kecamatan Gemawang adalah Desa Kemiriombo  dengan batas wilayah sebagai berikut:

  1. Sebelah Selatan berbatasan dengan kelurahan Ngadisepi
  2. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Wonotopo
  3. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Gemawang
  4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sidoharjo

Desa Kemiriombo terletak di ketinggian 700 m dari permukaan laut dan berjarak 4 km dari Kecamatan Gemawang dan 22 km dari kota Kabupaten. Dengan luas 92,13 ha yang terbagi dalam lahan sawah 38 ha dan lahan bukan sawah 445 ha. Dari Lahan sawah bukan sawah dipergunakan untuk Bangunan/pekarangan, Ladang/tegal/huma dan lahan lainnya.

(Sumber : laman.temanggungkab.go.id/info/detail/85/244/desa-kemiriombo.html)

  1. KEADAAN PENDUDUK SAAT INI

Keadaan penduduk di desa Kemiriombo per tahun 2019, terdapat:7 dusun yang terdiri dari 7 Rukun warga (RW) dan 26 Rukun tetangga (RT) dan terdapat 649 Rumah tangga. Jumlah penduduk 2.453 jiwa terdiri dari 1.291 jiwa Laki-laki dan 1.162 jiwa Perempuan.

Penduduk usia 20 tahun keatas bermata pencaharian Petani tanaman pangan, Petani perkebunan, Petani Tanaman Kehutanan, Industri pengolahan, Bangunan, Pedagangan, guru dan karyawan, Rumah Makan, Pengangkutan & Komunikasi, Jasa-jasa dan lainnya.

Sumber air minum berasal dari Sumur dan Mata air serta sumber air dari PAMSIMAS. Dan untuk penerangan 659 menggunakan PLN dan - menggunakan sarana penerangan lainnya.
            Secara keseluruhan keadaan dan kondisi penduduk didesa kemiriombo akan disampaikan melalui tabel berikut ini:

  •  

Jenis Pekerjaan

Jenis Kelamin

  •  
  •  
  •  
  1.  

Belum bekerja

  1.  
  1.  
  1.  
  1.  

karyawan swasta

  1.  
  1.  
  1.  
  1.  

Mengurus rumah tangga

 

  1.  
  1.  
  1.  

Buruh tani/Pekebun

  1.  
  1.  
  1.  
  1.  
  •  
  1.  
  1.  
  1.  
  1.  

Tukang batu

  1.  

 

  1.  
  1.  

Tukang kayu

  1.  

 

  1.  
  1.  
  •  
  1.  
  1.  
  1.  
  1.  
  •  
  1.  

 

  1.  
  1.  
  •  
  1.  
  1.  
  1.  
  1.  
  •  
  1.  
  1.  
  1.  
  1.  
  •  
  1.  

 

  1.  
  1.  
  •  
  1.  
  1.  
  1.  
  1.  

Tukang Cukur

  1.  
  1.  
  1.  
  1.  

Buruh Harian lepas

  1.  
  1.  
  1.  
  1.  

Karyawan BUMN

  1.  
  1.  
  1.  
  1.  
  •  
  1.  
  1.  
  1.  
  1.  

Perangkat desa

  1.  
  1.  
  1.  
  1.  

Kepala desa

  1.  

 

  1.  
  1.  
  •  
  1.  
  1.  
  1.  
  1.  
  1.  
  1.  
  1.  
  1.  
  1.  
  •  
  1.  
  1.  
  1.  
  1.  
  1. 449
  1. 365
  1. 814

Sumber: Data Desa 2019

Dalam bidang pendidikan banyaknya penduduk di atas 5 tahun yang Tamat PT/Universitas 6 orang, Tamat Akademi 28 orang, Tamat SLTA/sederajat 45 orang, Tamat SLTP/ sederajat 226 orang, Tamat SD/sederajat 992 orang, Tidak tamat SD 271 orang, Belum tamat SD 388 orang dan Belum/ tidak sekolah 268 orang. Untuk sarana pendidikan terdapat 1 unit TK, 3 unit SD, - unit SMP/Mts dan - unit SMU.

Bidang Kesehatan terdapat Prasarana kesehatan - unit Puskesmas, - Puskesmas pembantu, 5 unit Posyandu,  1 unit Polides, 1 orang Bidan/Perawat/Mantri, 3 orang Dukun Bayi dan 2 Dukun Pijat. Tanaman pangan yang dikembangkan di desa ini adalah Padi, Jagung. Ketela Pohon dan Kacang Panjang. Tanaman sayuran yang dikembangkan berupa -. Buah-buahan yang dikembangkan adalah Rambutan, Mangga, Pisang dan Salak. Sedangkan tanaman perkebunan yang dikembangkan berupa Kopi, Cengkeh, kemukus dan kapulogo. Ternak yang dikembangkan di desa tersebut berupa Sapi, Kambing/domba, Ayam buras, Ayam Ras dan Itik. (Sumber : laman.temanggungkab.go.id/info/detail/85/244/desa-kemiriombo.html)

Bidang Keagamaan di desa Kemiriombo terdapat 2 agama dan aliran kepercayaan yaitu agama Islam dan Kristen. Adapun tempat ibadahnya terbagi:

  1. Dusun Kluwung:
  • Masjid             : 1
  • Mushola        :1
  1. Dusun Mrombo
  • Masjid             : 1
  • Mushola        : 2
  1. Dusun Lempong
  • Masjid             : 1
  • Mushola        : -
  • Gereja            : 1

 

  1. Dusun Kauman
  • Masjid             : -
  • Mushola        : 1
  1. Dusun Pontong
  • Masjid             : -
  • Mushola        : -
  1. Dusun Gabug
  • Masjid             : -
  • Mushola        : 2
  1. Dusun Babadan
  • Masjid             : 1
  • Mushola        : -

Bidang kesenian didesa Kemiriombo terdapat beberapa kelompok kesenian diantaranya:

  1. Sendra tari dusun Mrombo
  2. Topeng ireng dusun Lempong dan Kauman
  3. Kuda lumping dusun Gabug
  4. Kethoprak dusun Mrombo
  5. Lengger dusun Pontong
  6. Santri Jawa dusun Kluwung

Desa Kemiriombo sangat menghargai budaya lelulur dengan istilah “ Nguri-uri kabudayan jawi” diantaranya adalah:

  1. Tradisi Nyadran Deso

Tradisi Nyadran Deso sering dilakukan oleh warga masyarakat Kemiriombo sebelum bulan puasa. Biasanya dilakukan selamatan dan kenduri bersama di kuburan desa kemiriombo dipimpin oleh tokoh agama Islam, setelah itu dilakukan wayangan dengan istilah ngeruat deso. Hal ini dilakukan dan diyakini agar masyarakat desa Kemiriombo terhindar dari marabahaya.

  1. Tradisi Mitoni

Tradisi Mitoni dilakukan pada ibu-ibu yang hamil anak pertama. Tradisi mitoni ini diyakini akan memberi keselamatan pada ibu dan calon jabang bayi yang akan dilahirkan. Tradisi ini biasanya dilakukan dengan selamatan dan kenduri yang di hadiri oleh para pangon( orang yang memelihara ternak sapi) dan dilakukan di ujung desa tempatnya disebut Ngariayan. Setelah kenduri dilakukan, kendil dan kekep( tempat sesaji kenduri) dibanting oleh para pangon, jika pecah dalam posisi terlungkup anak yang dikandung akan berjenis kelamin laki-laki dan sebaliknya jika jatuh terbuka maka calon jabang bayi akan berjenis kelamin perempuan.

  1. Tradisi Ngedun-ngedunke

Tradisi ngedun-ngedunke dilakukan pada anak-anak yang masih balita. Tradisi ini bertujuan untuk mengenalkan anak-anak menapak tanah yang sebelumnya hanya digendong tetapi pada usia 6 bulan untuk anak laki-laki dan 8 bulan untuk anak perempuan. Orang tua mereka akan melakukan selamatan dan kenduri dihariri orang-orang dilingkungan sekitarnya dan sang anak akan dimasukan kedalam keranjang ayam (kurungi=Jawa red) dan saat dibuka keranjangnya maka anak akan memilih barang-barang yang ada di nampan besar/tampah. Biasanya berisi bolpoin, buku, padi, jagung dan segala macam jajanan pasar. Orang-orang meyakini jika anak pertama kali mengambil buku atau bolpoin maka kelak dia akan menjadi cendikiawan atau pejabat, dan jika yang diambil hasil bumi maka dia akan menjadi petani namun jika yang diambil jajanan pasar maka dia akan menjadi pedagang. Lalu jika ia ingin menjadi bupati,kira-kira dia harus mengambil apa ya?? Entahlah…namanya juga tradisi.

  1. Tradisi Sholat Khajad

Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat desa Kemiriombo dengan tujuan untuk meminta kepada Tuhan agar didatangkan hujan. Hal ini dilakukan saat musum kemarau yang berkepanjangan. Tempat sholat Khajad ini dilakukan disalah satu makam leluhur desa terletak disebelah utara desa yang disebut dengan Bon Gede. Masyarakat akan membawa jenang candil. Setelah berdoa bersama jenang candil akan mereka makan dan masyrakat akan berpesta dawet buatan dengan cara saling siram. Tenang saja, kami tidak membuang-buang makanan kok, yang dibuang bukan dewet sungguhan, hanya air biasa yang diberi pewarna makanan dan ditaruh dalam plastik-plastik kecil. Tradisi ini sangan diyakini bisa medatangkan hujan setelah sekian lama kekeringan.

 

chat